Senin, 16 Februari 2009

SEJARAH DAKWAH ISLAM DI MEKAH

A. Dakwah Rasulullah di Mekah  
Nabi Muhammad saw. terlahir di Kota Mekah. Di sini pula beliau menerima wahyu dari Allah dan menyampaikan dakwahnya pertama kali. Wajar jika Kota Mekah menjadi tempat yang sangat penting dalam sejarah Islam.
Dalam berdakwah, Rasulullah selalu mempertimbanakan situasi dan kondisi masyarakat Mekah saat itu. Persoalan pertama kali yang perlu diluruskan oleh Rasulullah adalah pemahaman tentang Tuhan yang harus disembah. Mengapa demikian? Bagi masyarakat Mekah, Tuhan adalah para berhala yang telah memberikan keselamatan hidup di dunia. Tuhan menurut mereka adalah sesuatu yang akan menjamin kemuliaan suku Quraisy di dataran negeri Arab, yang menjadikan penduduk Kota Mekah menjadi kaya raya, sekaligus yang membutuhkan pengorbanan anak Adam, ketika bencana berlangsung. Karena itu, Tuhan mereka berjumlah banyak.
Adapun untuk memahami kondisi Kota Mekah saat itu dan jalannya dakwah yang disampaikan Rasulullah saw., perhatikanlah uraian berikut ini.
1. Mekah dan Masyarakatnya Sebelum Islam
Mekah, kota suci di Jazirah Arabia terbentang luas yang saat itu dihuni oleh sekitar dua puluh ribu jiwa. Sebagai kota suci, di sana telah berdiri bangunan suci berbentuk kubus yang didirikan oleh nenek moyang para nabi, Ibrahim a.s. Di sekitar bangunan suci yang terletak di jantung Kota Mekah ini terdapat 360 berhala. Konon, berhala.itu disembah oleh suku Arabia yang berbeda-beda. Ada juga yang berpendapat bahwa jumlah itu menandakan banyaknya hari dalam setahun dalam lintasan tahun Syamsiyah.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Mekah. Sebagai contoh, mereka tidak menghargai pendidikan. Maka, penduduk yang menge¬tahui huruf pun sangat sedikit. Lihatlah kehidupan sosial mereka. Perasaan membanggakan terhadap sukunya yang melewati batas menjadikan mereka mudah emosi jika anggota sukunya disinggung.
Demikianlah kondisi kejahiliahan masyarakat Mekah pada umumnya. Namun, sebagian dari mereka masih tersisa beberapa orang yang memiliki kepribadian yang baik, bahkan yang memeluk ajaran Ibrahim a.s. dengan benar. Di antara mereka adalah kelompok¬kelompok orang mulia Mekah yang menamakan dirinya dengan Hilful Fudul (perkumpulan kearifan). Tujuan didirikan kelompok ini salah satunya menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan, khususnya dalam bidang perdagangan. Salah seorang anggota kelompok ini adalah Muhammad. Selain itu, ada juga para hanif (pencari kebenaran) misalnya Ubaidillah bin Jahsy, sepupu Muhammad, yang kelak menjadi pemeluk Islam awal dan sepupu Khadijah yang bernama Waraqah bin Naufal.
Di antara para pencari kebenaran dan orang-orang yang memiliki kepribadian yang baik tersebut nantinya merupakan tokoh pendukung kerasulan Muhammad. Bahkan, merekalah orang-orang yang berpengaruh dalam pembangunan Islam.
2. Saat Lahirnya Rasul Baru
Di tengah penduduk Mekah, Muhammad dikenal oleh masyarakat sebagai pemuda dengan reputasi yang baik. Beliau adalah seseorang yang memiliki kepribadian agung, jujur, penyantun dan gemar menolong. Wajar jika masyarakat Mekah memberi julukan A1 Amin kepadanya. Terlebih dengan sikap bijaksana yang ditunjukkan dalam penyelesaian tentang peletakan Hajar Aswad, merupakan prestasi yang tidak terbantahkan.
Seperti yang dilakukan oleh para tokoh pencari kebenaran yang melakukan pengembaraan untuk mengungkap rahasia hidup, Muhammad merupakan salah seorang tokoh yang sangat menonjol. Muhammad sering kali melakukan pengasingan diri dengan menjauhi dari keramaian sembari berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Kegiatan ini dikenal dengan Tahannus.
Diceritakan, dalam keadaan terhuyung-¬huyung sepulang dari gua, beliau berjalan merangkak menemui istrinya seraya berkata, "Selimuti aku, selimuti aku." Khadijah memeluknya, menutupi tubuhnya yang letih dengan jubahnya, lalu mene¬nangkan dan mendengarkan ceritanya.
Dua orang ini pun langsung beriman kepada kenabian beliau. "Demi Allah, suamimu itu mendapatkan Namus Akbar (petunjuk yang Mahabesar), seperti Musa dan Isa," kata Waraqah kepada Khadijah. Waraqah lalu berpesan agar Khadijah selalu membantu suaminya, karena tugas seorang Rasulullah sangatlah berat. Sebagaimana nabi-nabi." sebelumnya, beliau akan selalu dimusuhi oleh kaumnya sendiri.
3. ¬Dua Model Dakwah
Dalam tenggang waktu dua tahun setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad belum melakukan aktivitas dakwah. Namun beliau tetap membiasakan bertahannus membersihkan diri di Gua Hira. Barulah setelah turun wahyu kedua, yaitu Surah al Mudassir [74] ayat 1-7, beliau mulai melakukan dakwahnya.
Dakwah dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sembunyi-sem¬bunyi dan terang-terangan. Dak¬wah secara sembunyi-sembunyi dilakukan dengan membatasi dakwahnya untuk orang-orang terdekatnya, para pemuda yang tidak puas dengan kondisi ma¬syarakat Mekah, dan orang-orang lemah, tertindas dan miskin yang membutuhkan pertolongan. 
4. Hijrah sebagai Pilihan dalam Berdakwah
Penyiksaan dan penganiayaan yang di luar batas perikemanusiaan terhadap orang-¬orang mukmin membuat Nabi khawatir pada keselamatan para sahabat. Beliau akhirnya menyarankan pengikutnya untuk berhijrah. Tepatnya pada bulan ketujuh tahun kelima kenabian, sebelas laki-laki dan empat orang perempuan termasuk di dalamnya Rukayah (putri Rasulullah) dan suaminya, Usman bin Affan, berangkat hijrah ke Habsyi.
Kedatangan mereka pun disambut dengan ramah oleh Raja Najasyi. Sang raja lantas memberi perlindungan kepada mereka. Kemudian berita kedatangan orang-orang muslim Mekah pun terdengar oleh kaum Quraisy. Mereka lantas mengutus utusan kepada Raja Najasyi agar berkenan mengusir para Muhajirin tersebut. Namun, sang raja menolak keinginan kafirin Quraisy.
Di depan Raja Najasyi, utusan Quraisy menuduh kaum muslim telah memecah belah persatuan mereka, berhala, ataupun keyakinan agama Nasrani yang raja anut. Tentu saja saat itu Raja Najasyi terkejut karena dianggap telah menampung para "separatis" Mekah. Hingga raja pun memerintahkan langsung kepada pimpinan muslim untuk menjelaskan diri mereka sendiri.
Raja Najasyi sangat bersimpati dengan ajaran yang Rasulullah bawa sehingga dia menegaskan untuk memberi jaminan keamanan. Raja dengan sikap bijaknya menolak tuntutan kafir Quraisy sekalipun ia dibujuk dengan harta berlimpah. Atas perlindungan keamanan sang raja, kaum muslimin tetap tinggal di Kota Habsyi dengan nyaman.
Karena itu, mereka perlu, menala kembali strategi untuk semakin melemahkan umat Islam.
Pada tahun ketujuh kenabian, para pemuka Quraisy bersepakat untuk ber¬satu memboikot dan mengembargo keluarga Hasyim. Nabi Muhammad beserta pengikut dan keluarganya dipaksa keluar dari kota dan menetap di wilayah Syi’b Abu Talib. Selama pengasingan ini, semua kebutuhan pokok untuk keluarga Hasyim dihentikan. Peristiwa ini berlangsung selama tiga tahun. Boikot terhadap keluarga Hasyim ini didukung oleh semua kabilah. Namun demikian, boikot ini tidaklah membuat orang-orang Islam menyerah. Bahkan mereka membangun perkampungan di sekitar rumah Abu Talib. Pola persahabatan dan perkawinan antarkeluarga dekat memastikan mereka tidak akan tunduk terhadap ancaman kaum kafir Quraisy. Kesabaran ini lambat laum mulai mengesankan kabilah lain sehingga menimbulkan kepedulian.
Rasulullah pun memilih untuk kembali ke Kota Mekah. Dalam keadaan ditekan dan dimusuhi masyarakat Mekah, Rasulullah tetap melangsungkan dakwah. Seperti yang dilakukan sebelum kematian Abu Talib dan Khadijah, Rasulullah selalu menyampaikan dakwah kepada para jamaah haji yang datang setiap tahun ke Mekah. Hingga pada saat itu Rasulullah bertemu dengan rombongan enam orang Yasrib. Rupanya mereka tertarik dengan dakwah Rasulullah. Setelah diskusi lebih dalam, kemudian mereka menyatakan keimanannya kepada Rasulullah. Mereka berjanji akan mengabarkan kepada penduduk Yasrib yang lain. Pada tahun selanjutnya pertemuan dengan tokoh-tokoh kabilah Yasrib kembali digelar. Mereka pun melakukan janji setia terhadap Rasulullah, di tempat yang sama, Bukit ‘Aqabah. Hubungan dengan para kabilah Yasrib inilah pada akhirnya yang menjadi cikal bakal dilakukannya hijrah ke Kota Yasrib. Di sanalah Rasulullah kemudian berdakwah.
B. Strategi Dakwah Rasulullah
Selain dalam hal peribadatan, masih banyak bentuk kejahiliyahan yang terjadi di masyarakat. Tentunya penyelewengan tersebut harus diluruskan. Sebagai seorang rasul beliau tak henti-hentinya memberikan peringatan dan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang benar. Anehnya, mereka malah menolak seruannya dan bersikap tidak simpatik dengan mencela, memaki, menyiksa, bahkan mengusirnya.
Hasil dakwah pada periode Mekah jika diukur dari kuantitas pengikutnya memang tidak sebanyak ketika di Madinah. Namun demikian, kaum muslimin Mekah ini pada saatnya nanti memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan Islam. Jika memerhatikan jalannya dakwah yang telah dilalui di Mekah, kita akan menemukan beberapa hal yang penting untuk kita teladani.
1. Menyucikan Diri dalam Memohon kepada Allah swt.
Rasulullah telah menunjukkan sikap ini dengan tidak turut serta menyembah berhala-¬berhala seperti yang umumnya dilakukan masyarakat Mekah, sehingga dirinya tersucikan dari perbuatan syirik. Bagi beliau menyembah berhala adalah tindakan bodoh dan sangat bertentangan dengan akal sehatnya. Karena itu, beliau memilih bertahannus dan bermunajat kepada Allah di Gua Hira. Ini dimaksudkan agar kebutuhan rohaniah dirinya terpenuhi dari hiruk piruk aktivitas duniawi yang sering menjebak. Hingga akhirnva beliau menemukan pencerahan dan memiliki keyakinan yang kuat tentang kebenaran.
2. Menghiasi Diri dengan Sifat-Sifat Terpuji
Bukti menunjukkan pentingnya, membiasakan sifat terpuji. Misalnya pada saat beliau berdiri di Bukit Safa dan menyatakan diri sebagai Rasulullahi, kaum kafir Quraisy mengakui bahwa '' apa saja yang beliau ucapkan adalah kebenaran. Sekalipun karena hati mereka yang keras, tetap saja enggan menerima kebenaran ajaran Rasulullah. Namun bagi orang-orang yang memiliki kejernihan hati pasti akan segera menyatakan keimanannya, meskipun mereka hanyalah berasal dari golongan yang, lemah dan tertindas.
3. Melakukan Strategi Dakwah yang Tepat
Rasulullah memang perlu melakukan strategi dakwah secara cermat agar dakwahnya tidak terhenti di tengah jalan. Beliau sangat memerhatikan kapan dakwah harus disampaikan dengan sembunyi-sembunyi dan kapan mesti secara terang-terangan. Rasulullah pun sabar untuk tidak terburu-buru menyampaikan risalahnya kepada khalayak masyarakat Quraisy. Jika saja beliau langsung mengumumkan risalah dirinya di hadapan semua orang, tentunya dakwah menjadi terhambat. Jika demikian, maka ajaran Islam tidak akan bersemai di muka bumi ini. Kedua model dakwah yang dilakukan Rasululah tersebut bertujuan untuk mengefektifkan target dakwahnya sekaligus mengurangi hambatan¬hambatan yang terjadi.
4. Menjalin Kerja Sama dengan Orang Lain
Tentunya, kesediaan masyarakat untuk melindunigi kaum muslim bukanlah tanpa alasan. Kaum Ansar (masyarakat tempat berhijrah) mengetahui bahwa hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya bertujuan sangat mulia hingga pantaslah jika dilindungi. Atas jaminan perlindungannya, kaum muslimin pun akhirnya dapat berdakwah dengan leluasa dan nyaman. Sebagai muslim kita memang harus selalu membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain yang mau bersama-sama menegakkan agama Allah. Inilah alasan mengapa menjalin kerja sama dengan siapa saja secara benar sangat penting dilakukan.

GLOSARIUM
assabiqunal Awwalun : orang-orang yang pertama-tama masuk Islam.
bertahannus : beribadat dan menjauhi dosa untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada juga yang menyebut dengan istilah tahannuf, dari akar kata hanif yang berarti cenderung kepada kebenaran. Kedua istilah ini pada zaman Rasulullah misalnya ditunjukkan dengan sikap menjauhi sesembahan berhala.
dakwah : setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah swt. sesuai dengan garis akidah, syariat, dan akhlak islamiah.
Hijrah : berpindah tempat tinggal, baik sementara maupun menetap.
Namus Akbar : malaikat Jibril, ada yang mengartikan petunjuk dari Yang Mahabesar, artinya kitab suci.
http://ebsoft.web.id/category/software/page/5/