Selasa, 31 Maret 2009

Putri Wangka

(Asal-usul Pulau Bangka Penghasil Timah)

Karena begitu kecewa terhadap anaknya yang penuh kudis, Be ginda Tega Culika dari Kerajaan Buana Maya murka dan memerintahkan kepada hulu balang untuk membuang bayi itu ke pulau Hukuman yang terletak di seberang karajaan Buana Maya.
  Dayang Welasih yang bertugas menggendong bayi merah putri raja yang malang itu, sepanjang perjalanan menuju pulau hukuman selalu meneteskan air mata. Ia begitu sedih mendengar perintah raja yang sangat tidak manusiawi. Sambil terus meneteskan air mata ia pun berdoa semoga Tuhan melindungi puteri baginga. 
  Sesampainya ditempat tujuan, dengan berat hati dayang Welasih meletakkan bayi merah itu dibawah pohon mendaur. Bersama hulu balang ia kembali ke istana. 
  Semenjak kejadiaan itu, Kerajaan Buana Maya semakin tidak karuan, mala petaka dan bencana alam silih berganti menimpa negeri itu. Baginda juga tidak dikaruniai putri selama bertahun-tahun bahkan sang permaisuri menderita penyakit yang tak kunjung sembuh. Keadaan negeri semakin tidak aman, kejahatan merajalela, bencana kelaparan semakin meluas. Baginda sangat pusing memikirkan keadaan negerinya. Lima be¬las tahun kemudian, pada suatu malam baginda bermimpi, dalam mimpinya baginda diberi pesan oleh seorang Putri Wangka dan ia berpesan kepada baginda sebagai berikut: 
  "Untuk memulihkan Kerajaan Buana Maya baginda diminta menjemput Putri Wangka dari pulau hukuman menuju ke istana. Beginda harus menjemputnya sendiri tanpa diwakilkan kepada orang lain. Dengan kata lain baginda harus datang ketempat Putri Wangka berada," 
  Begitu terjaga dari mimpinya baginda segera memerintahkan prajurit untuk mengawalnya menuju Pulau Hukuman guna menjemput Putri Wangka. Namun malang, sesampainya di pulau hukuman baginda tidak menemukan sang putri. Pulau hukuman itu sunyi senyap tak satu manusia pun yang tinggal di tempat itu. Berhari-hari bag¬inda terus mencari sang putri demi keselamatan negerinya. Baginda berketetapan hati, tidak akan kembali ke istana sebelum memboyong putri wangka, bahkan beliau akan bertapa di pulau itu. Baginda bertapa di bawah pohon mendaru tempat meletakkan bayi merah putri baginda sendiri lima belas tahun yang lalu. Pada malam yang ketiga baginda melihat putri wangka berdiri di depannya, sang putri berpesan : "Wahai baginda untuk menjemputku keistana ada 3 syarat yang harus dipenu¬hi, adapun syaratnya ialah sebagai berikut: 
  1. Tuangilah jalan yang akan dilalui untuk memboyong ku den¬gan minyak wangi dari tempat ini sampai pinggiran pulau hukuman, tempat pengawal baginda berjaga-jaga.
  2. Sediakan dulang dan tandu dari kayu mendaru untuk tempat duduk ku. 
  3. Bawalah dayang welasih kemari, dari pinggiran pulau beliau harus ditandu dan duduk diatas dulang menuju ketempat baginda bertapa.
  Setelah menyampaikan Pesan putri wangka raib kembali tak kasat mata. Baginda tanggap akan pesan sang putri dan se¬gera memerintahkan pengawal untuk mempersiapkan semua permintaan sang putri. Sementara baginda tetap tinggal ditempat bertapa. 
  Dalam waktu yang tidak lama, semua persyaratan yang diminta oleh sang putri telah tersedia, dan memulailah pelaksanaan permintaan sang putri. Jalan yang akan dilalui rombongan di pulau itu telah dituangi dengan minyak wangi, Dayang Welasih duduk diatas dulang kayu mendaru dan ditandu oleh para prajurit menuju tempat baginda betapa. 
 Sesampainya ditempat baginda betapa, muncullah putri wangka dan memeluk dayang welasih yang duduk diatas dulang serta ditandu para prajurit. Dengan suka cita baginda memboyong putri wangka ke istana buana maya.
  Sesampainya di istana sang putri disambut meriah oleh selu¬ruh rakyat negeri itu. Keajaiban pun terjadi sejak kedatangan patri wangka sang permaisuri kembali sehat seperti sediakala. Kerajaan buana maya pun kembali aman dan tentram.
  Baginda dan permaisuri begitu penasaran siapa gerangan sebenarnya putri wangka itu. Pada suatu malam baginda memberanikan diri bertanya kepada sang putri :
  "Wahai putri wangka siapakah sebenarnya engkau, putri dewaka atau bidadari dari kayangan? 
  "Ampun baginda, ketahuilah bahwa aku sebenarnya adalah putri paduka yang telah dibuang lima belas tahun yang lalu di pulau hukuman. Atas perkenan Tuhan aku masih, hidup sampai sekarang, setelah baginda bertobat aku dititahkan kembali berkumpul dengan baginda dan permaisuri di istana ini untuk memulihkan keadaan kerajaan buana maya agar kembali aman damai dan sejahtera selama-la¬manya. Untuk mewujudkan hal itu mulai sekarang seluruh penduduk di negeri ini boleh mengambil biji timah yang ada dipulau hukuman itu demi kesejahteraan hidupnya, dan jangan lupa pulau itu harus diganti dengan nama: "Pulau wangka atau bangka" yang berarti "timah"
  Konon menurut cerita sahibul hikayat untuk mencari timah/mengambil biji timah diperlukan minyak wangi dan peralatan dari kayu mendaru. Betul tidaknya, wallahu'alam.